3 Sejarah Mikrobiologi
Sejarah mikrobiologi dimulai dari penemuan mikroskop oleh Robert Hooke pada tahun
1664. Melalui mikroskopnya yang terdiri atas dua lensa
sederhana, Hooke mampu melihat ruang-ruang yang ia sebut sebagai sel, yang
mengarah pada munculnya
teori sel yang menyatakan bahwa seluruh makhluk hidup tersusun atas sel-sel .
Meskipun Robert Hooke dapat
melihat sel dengan bantuan mikroskopnya, namun tidak adanya metode pewarnaan
menyebabkan ia tidak dapat melihat mikroorganisme dengan jelas. Ilmuwan lain
asal Belanda, Antonie van Leeuwenhoek (1632_1723) mungkin adalah orang yang pertama kali mengamati
benda hidup dengan menggunakan
mikroskop lensa tunggal yang lebih menyerupai
kaca pembesar. Leeuwenhoek menyebut
benda yang diamatinya sebagai animalcules (hewan kecil).
Animalcules itu ia peroleh dari sisa makanan yang menempel di giginya serta
dari air hujan, dan pada masa selanjutnya kita kenal sebagai bakteri dan
protozoa .
3.1 Teori Generatio Spontanea
Hingga pertengahan abad ke-19 banyak ilmuwan dan filsuf
percaya bahwa makhluk
hidup muncul secara spontan dari benda tak hidup. Teori ini dikenal
sebagai teori generatio
spontanea yang meyakini bahwa belatung dapat muncul dari material busuk; ular dan
tikus dapat lahir dari tanah lembab, dan lalat dapat timbul dari rabuk. Teori
ini dipercaya sampai pada tahun 1668, saat seorang ilmuwan italia bernama Francesco Redi mendemonstrasikan
penemuannya yang menunjukkan bahwa belatung bukan berasal dari daging yang
busuk [2].
Redi melakukan percobaan dengan menggunakan tiga buah
tabung terbuka yang juga berisi daging busuk. Hasil percobaan Redi menunjukkan
adanya belatung di atas daging busuk yang pada tabung yang terbuka, sedangkan
pada tabung yang tertutup tidak ditemukan adanya belatung [2]. Namun, penganut
teori generatio spontanea belum sepenuhnya yakin dengan penemuan Redi. Mereka
mengemukakan pendapat bahwa udara segar sangat diperlukan untuk terjadi
generatio spontanea. Tidak adanya belatung pada tabung tabung berisi daging
busuk yang tertutup rapat disebabkan oleh tidak timbulnya generatio spontanea
akibat tidak ada udara segar pada tabung [2].
Redi melakukan percobaan serupa untuk kedua kalinya
dengan mengganti tutup tabung menggunakan kain tipis yang berlubang halus untuk
memungkinkan masuknya udara segar ke dalam tabung dan mencegah masuknya lalat.
Pada percobaan ini, Redi berhasil membuktikan bahwa belatung tidak terjadi
secara mendadak dari daging yang busuk. Lalat yang tertarik pada daging busuk
bertelur di atas daging dan menyebabkan munculnya belatung pada daging, sedangkan
pada tabung yang ditutup kain, lalat hanya dapat bertelur di atas kain tipis
penutup sehingga tidak ditemukan adanya belatung pada daging meskipun terdapat
udara segar pada tabung [2].
Teori generatio spontanea pada mikroorganisme menguat
pada tahun 1745 ketika seorang berkebangsaan Inggris bernama John Needham menemukan
bahwa setelah ia memanaskan kaldu dan kemudian menempatkannya dalam botol
tertutup, larutan kaldu yang telah dingin tersebut segera dikerumuni oleh
mikroorganisme. Needham berpendapat bahwa mikroorganisme timbul secara spontan
dari kaldu [2].
Dua puluh tahun kemudian, seorang ilmuwan Italia
bernama Lazzaro Spallanzani menduga bahwa ada kemungkinan mikroorganisme dari udara telah masuk ke
dalam kaldu milik Needham setelah kaldu tersebut dididihkan. Spallanzani
menunjukkan bahwa larutan kaldu yang diletakkan pada botol tertutup dan
kemudian dipanaskan tidak menunjukkan adanya pertumbuhan mikroorganisme. Atas
percobaan Spallanzani, Needham membantahnya dengan mengatakan bahwa daya vital
yang ada untuk terjadinya generatio spontanea telah dirusak oleh pemanasan, dan
tidak dapat masuk ke dalam kaldu karena sumbat pada botol. Pendapat Needham
didukung oleh pendapat Laurent Lavoisier yang menunjukkan pentingnya peranan
oksigen bagi kehidupan [2].
3.2 Teori Biogenesis
Pada tahun 1858, ilmuwan Jerman bernama Rudolf Virchow
mengemukakan
teori biogenesis, yang menyatakan bahwa semua sel hidup hanya dapat timbul
dari sel hidup yang ada sebelumnya. Pada
tahun 1861, seorang ilmuwan Perancis bernama Louis Pasteur melakukan
percobaan yang mendukung teori biogenesis. Pasteur mendemonstrasikan bahwa
mikroorganisme terdapat di udara dan dapat mengontaminasi larutan steril, namun
udara itu sendiri tidak dapat menciptakan mikroorganisme [2].
Pasteur mengisi beberapa botol berleher pendek dengan
kaldu sapi dan selanjutnya mendidihkannya. Beberapa botol yang lain segera
ditutup setelah kaldu mendidih. Setelah beberapa hari, pada botol yang terbuka ditemukan banyak
kontaminan mikroorganisme, sedangkan pada botol yang tertutup, tidak ditemukan kontaminan
mikroorganisme [2].
Dari hasil ini, Pasteur berpendapat bahwa
mikroorganisme di udara merupakan agen yang bertanggung jawab atas terjadinya kontaminasi pada
kaldu milik Needham. Selanjutnya Pasteur meletakkan kaldu pada botol berleher panjang yang
dibengkokkan menyerupai huruf S dengan ujung yang terbuka. Kaldu dididihkan dan didinginkan.
Pada pengamatan selama beberapa minggu, tidak ditemukan adanya kontaminasi
mikroorganisme pada kaldu [2].
Desain botol yang unik pada percobaan Pasteur
memungkinkan udara masuk ke dalam botol, namun leher botol yang melengkung menyebabkan
mikroorganisme di udara yang dapat mengontaminasi kaldu terperangkap. Pasteur
menunjukkan bahwa mikroorganisme terdapat pada benda tak hidup, benda padat, benda cair, maupun
udara.
Lebih lanjut Pasteur juga mendemonstrasikan bahwa
kehidupan mikroorganisme dapat dimusnahkan dengan pemanasan dan metode pemanasan
tersebut dapat dirancang untuk mengeblok akses mikroorganisme di udara terhadap lingkungan yang
mengandung nutrisi. Penemuan ini merupakan dasar dari teknik aseptik, yaitu teknik pencegahan
kontaminasi mikroorganisme yang tidak dikehendaki, yang saat ini menjadi standar kerja di laboratorium serta standar bagi
tindakan medis [2].
Satu langkah kunci yang menetapkan kaitan antara
mikroorganisme dengan penyakit muncul saat sekelompok pedagang dari Perancis bertanya pada
Pasteur bagaimana bir serta anggur dapat terasa asam. Mereka berharap menemukan
metode yang dapat mencegah pembusukan saat minuman tersebut didistribusikan ke tempat yang jauh.
Pada saat itu banyak ilmuwan yakin bahwa udara dapat mengubah gula dalam suatu cairan
menjadi alkohol. Pasteur menemukan bahwa
mikroorganisme yang disebut dengan yeast (khamir) dapat mengubah gula menjadi
alkohol dalam kondisi anaerob. Proses ini disebut fermentasi dan digunakan dalam pembuatan bir dan anggur.
Pengasaman dan pembusukan bir dan anggur disebabkan adanya kontaminasi mikroorganisme
lain yang disebut bakteri. Dengan adanya oksigen, bakteri dapat mengubah alkohol pada
minuman menjadi cuka (asam asetat) [2].
Pemecahan yang diberikan Pasteur untuk mengatasi
masalah pembusukan pada bir dan anggur adalah dengan memanaskan bir dan anggur hingga
bakteri pembusuk mati. Proses ini dikenal sebagai pasteurisasi, yang saat ini umum
digunakan untuk membunuh bakteri pembusuk dan bakteri yang secara potensial
berbahaya pada minuman susu serta beberapa minuman beralkohol [2].
3.3 Teori Bibit Penyakit
Seorang dokter Inggris bernama Joseph Lister (1827-1912)
menerapkan secara praktis konsep baru tentang penyakit dan infeksi, yaitu
berasal dari mikroorganisme. Lister adalah orang pertama yang melakukan langkah
pencegahan infeksi sesudah operasi pembedahan dengan menggunakan teknik
aseptik. Lister menggunakan larutan fenol encer untuk menutup luka ataupun sebagai
aerosol selama prosedur operasi pembedahan. Hal ini menandai permulaan usaha
untuk mengendalikan mikroorganisme penyebab penyakit .
Robert Koch (1843-1910)
memulai pendekatan ilmiah terhadap bidang mikrobiologi kedokteran. Pada tahun
1884 Koch membuat aturan yang dikenal sebagai postulat Koch, yang menetapkan
hubungan sebab-akibat antara mikroorganisme dan penyakit. Koch menemukan
bakteri berbentuk batang Bacillus anthracis dalam darah sapi yang mati karena
penyakit antraks. Koch menumbuhkan bakteri tersebut pada media bernutrisi dan
menyuntikkan kultur bakteri tersebut pada sapi yang sehat. Ketika sapi tersebut
menjadi sakit dan mati, Koch mengisolasi bakteri dari darah sapi tersebut dan
membandingkannya dengan kultur bakteri yang lebih dahulu diisolasi. Koch
menemukan bahwa kedua kultur bakteri tersebut berisi bakteri yang sama .
Postulat Koch berisi empat
aturan , yaitu:
1. agen penyebab penyakit terdapat pada hewan yang
sakit dan tidak terdapat pada hewan yang sehat;
2. agen penyebab penyakit dapat diisolasi dan
ditumbuhkan dalam suatu kultur murni;
3. agen penyebab penyakit akan menimbulkan penyakit
yang saat sama saat diinokulasikan pada hewan yang sehat; dan
4. agen penyebab penyakit dapat diisolasi kembali.
Penemuan Koch melalui Postulat Koch ini membuktikan
bahwa bakteri adalah penyebab penyakit.
4 komentar:
thanks ya info2nya menarik............
sama2... :-)
terimakasih telah berkujung dan berkomentar.
ditunggu kritik&sarannya..
jangan lupa mampir kembali :)
thankkk
Posting Komentar