Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

memilih RS tempat PKPA apoteker

Semangat pagi!!!


Malam minggu. Lagi males ngapa-ngapain. Maunya tidur aja. Efek jomblo sampai halal. Hehehe..
Nggak segitunya sih. Tapi hawanya emang beneran enak buat tidur. Sayangnya para nyamuk ini seneng banget menghisap darahku. Tahu aja kalau jarang nyambangi PMI buat donor darah.
Selain nyamuk, si hape ini daritadi juga nggak ngizinkan orang tidur. Dari tadi pagi adek tingkat mahasiswa baru profesi apoteker banyak yang nanya-nanya via whatsapp. Pertanyaannya jelas itu. Milih tempat PKPA rumahsakit. 
gimana sih cara milihnya? enak yang mana? disana serem nggak? milihnya berdasarkan apa?

Pasti mereka habis acara pengenalan kampus terus dikasih form pilihan tempat pkpa. Jadi di form itu ada isian biodata (termasuk IPK dan nilai TOEFL) terus di bagian bawah disuruh milih peminatan industri apa rumahsakit. Terus milih industri dan RS mana dari beberapa pilihan yang ditawarkan. Yang disuruh milih hanya industri atau RS nya aja. PKPA saintifikasi jamu dan PKPA apotek ditentukan kampus.
Kalau rumahsakit smentara ini farmasi UNEJ masih kerjasama dengan empat rumah sakit di Jawa Timur. RSD dr. Soebandi Jember dan RS Saiful Anwar Malang udah dari angkatan pertama dulu. Terus mulai angkatan ketiga itu nambah RSUD dr. Iskak Tulungagung. Mulai angkatanku (angkatan 4) ini nambah RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
Kebanyakan dari adek angkatan bingung mau pilih mana. Sama seperti diriku dulu. Tanya-tanya kakak tingkat sampai tanya ke dosen juga (kebetulan bu dosennya baik banget sama diriku). Dari situ aku mau bagi beberapa cara biar nggak terlalu menerawang saat milih. Ini tips memilih tempat PKPA versiku.

1. ikuti kata hati.
Pertama kali diberikan form isian pasti ada satu atau dua tempat PKPA yang terlintas di benak kita. Jangan abaikan itu. Kadang itu bisa jadi pilihan yang tepat.
2. Sesuaikan kemampuan diri.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan alias nilai masih menentukan. Logika aja. Semakin tinggi tipe rumah sakit pasti tuntutannya semakin besar. Butuh kemampuan yang cukup. Jangan salah paham dulu. Kemampuan disini tidak hanya kemampuan akademis alias IPK. Kemampuan beradaptasi, kemampuan komunikasi dan kerjasama tim, dan kekuatan mental dan fisik itu juga harus diperhitungkan. Jika memang kemampuan fisik dan mental kurang baik (misal: gampang stress, kalau capek sedikit gampang sakit), jangan maksa milih RS yang tekanannya tinggi walaupun IPKnya bagus. Jika kurang pandai beradaptasi dalam waktu singkat jangan pilih suasana baru yang menyulitkan. Kira-kira begitu. Jangan gengsi kalau memang merasa tidak mampu. Dan sebaliknya jangan berkecil hati dan minder duluan.
3. Pertimbangkan tipe RS
Seperti yang udah dijelaskan pada poin dua diatas, tipe RS mempengaruhi beban kerja praktek kita.  RS tipe A,B,C,D. Atau rujukan BPJS faskes 1,2,3. RS umum atau khusus. RS militer atau sipil. Biasanya sih semakin baik atau tinggi kelas RS, beban kerja semakin meningkat. Misalnya di RS tipe A yang penyakitnya pasti lebih parah dan kompleks dari tipe B. Disitu pasti kita dituntut lebih aktif dan harus belajar lebih. Apalagi dengan pengalaman yang masih nol. Kemudian kalau RS militer aturannya juga pasti beda dengan RS biasa (pengalaman sih gitu).
4. Tanya kakak tingkat
Ini hukumnya wajib. Bagaimanapun pengalaman adalah guru yg berharga. Walaupun itu pengalaman oranglain. Jadi aktiflah bertanya pada kakak tingkat atau teman dari universitas lain tentang tempat PKPA tersebut. Kalau bisa jangan hanya bertanya pada satu orang. Semakin banyak yang ditanya semakin bagus karena pengalaman tiap orang beda. Cara pandang orang juga beda. Ada yg bilang disitu enak, ada yg bilang tidak. Gali informasi sedetail mungkin tapi jangan konyol juga. Pertanyaan nggak penting seperti “disana apa ada tugas?” itu nggak usah ditanyakan. Ya jelas ada tugas dimana-mana. Namanya juga lagi belajar. Ganti misalnya dengan “ tugas disana seperti apa?”.
5. pertimbangkan biaya hidup
Ini juga penting. Terutama kalau milih kota besar. Apalagi yang S1 nya di Jember. Di Jember segalanya murah. Makan sebungkus 5 ribu masih bisa dapat telur lengkap dengan nasi dan lalapannya. Coba di Surabaya. Rasanya nafsu makan menghilang seketika pas lihat menu makanan dan price list nya. Harga kosan? Dua kali lipat! Fotokopian? Jelas beda harga. Yang sama hanya isinya indomaret sama alfamart (eh sebut merk). Itu sama aja kayak di Jember. Buat mahasiswa seperti aku yang kirimannya pas-pasan, biaya hidup perlu dipertimbangkan. Masalahnya ini di kota orang. Kalau di Jember sih, bisa minjem temen kost.
6. restu ortu
Kalau informasi sudah cukup didapat, diskusikan dengan ortu atau keluarga. Terkadang mereka punya cara pandang berbeda. Walaupun keluarga kita bukan berlatar belakang kesehatan tapi mereka juga bisa jadi cermin buat kita.
7. restu Allah
Ini penting. Setelah menggali info, menyaring, mengolah, memikirkan, diskusi dengan keluarga dan teman, pasti sudah mulai menuju kesimpulan walaupun belum bisa memutuskan. Nah, saatnya serahkan pada Yang Maha Tahu. Istikharah. Jangan istikharah ketika masih kosongan belum nyari info apa-apa. Kan manusia harus usaha dulu. Usaha nyari info dan berdoa. Lalu Tuhan yang menentukan.
8. ikhlas
Sudah nyari info. Sudah berserah pada Yang Maha Kuasa. Saatnya ikhlas. Bisa jadi hasil yang didapat diluar kehendak kita. Pilih RS A dan D. eh ternyata dapatnya RS M. berarti itu sudah jadi keputusan terbaik dari Allah. Jalani dengan ikhlas dan penuh tanggungjawab. Dimanapun kalau kita berusaha akan ada ilmu dan pengalaman yang didapat. Sebagus apapun tempatnya kalau kita pasif ya nggak akan dapat apa-apa. Ingat, nggak semua yang kita anggap baik itu menurut Allah baik untuk kita. Salah seorang teman yang memilih tempat PKPA jauh dari Jember malah dapat rezeki ketemu jodoh disana. Alhamdulillah to?

dasar pemilihan tempat PKPA sih kabarnya IPK S1 dan keaktifan selama perkuliahan. tapi itu juga bukan nilai mutlak. para dosen pasti juga punya pertimbangan lain.
 
Untuk PKPA RS kemarin aku dapat RSAL Ramelan. Kaget iya karena itu RS tipe A dan baru pertama kalinya UNEJ kerjasama dengan RSAL untuk PKP apoteker. Sementara IPK ku biasa aja, selama kuliah juga nggak pernah aktif. Tapi itu pilihan terbaik dari Allah. Ketika dijalani ternyata juga mampu walaupun harus belajar ekstra keras. Banyak adek tingkat yang bertanya-tanya. “di Ramelan gimana mbak?”. lain waktu semoga sempat posting ceritanya gimana.
Itu sih beberapa hal yang bisa saya ceritakan. Semua kembali ke yang menjalani. Kalau yang industri saya kurang tahu. Hanya ada beberapa info yang beredar bahwa ada industri yang merekrut mahasiswa jika kinerjanya baik.
Apapun itu, tetap semangat!

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar